Terlalu pagi ...
Jam tangan
ku baru menunjukkan pukul 06.03 , dan aku sudah berjalan cukup jauh dari rumah. Hari ini aku bangun pagi sekali, aku berangkat bahkan tanpa menyuap-kan
se sendok nasi pun ke dalam mulutku. Aku belum begitu mengerti, sebenarnya apa
yang membawa ku pergi ke sekolah se pagi ini . Yang aku tau, ketika aku pergi dari suatu tempat ke tempat lain dengan tiba tiba dan tergesa gesa, itu
berarti sesuatu hal yang penting sedang menunggu ku. Seolah ada sebuah tali
yang menarik ku pergi mendekat .
Aku sampai,
tepat pada pukul 06.10. Dan seperti yang aku duga, pintu gerbangnya masih
tertutup, aku membukanya dan tak satu pun aku melihat siswa atau kendaraan yang
terparkir di halaman sekolah . Pagi itu .. aku juga tak menemukan sosok yang
aneh, hanya beberapa hantu wanita yang lalu lalang sembari tersenyum menyapaku
pagi itu. Tapi seperti biasa, aku tak terlalu menghiraukan mereka. Aku hanya
ingin tau magnet semacam apa yang sedang menarikku begitu kuat pagi ini .
Aku terus mencari, menyusuri lorong demi
lorong dan beberapa kelas yang ku anggap memungkinkan untuk menjadi sumber keanehan pagi ini. Namun hasilnya .. nihil, sampai sekolah di penuhi siswa pun aku
masih belum menemukan magnet itu . Aku tak bertemu Ari pagi ini, sampai
pelajaran pertama dimulai pun, Ari masih belum datang. Ya, aku tau, hari ini
dia pasti terlambat lagi. Anak itu memang lambat, dalam segala hal. Dan hal itu
pula yang menjadi salah satu alasan kenapa aku tak pernah menyukainya, yaaa
walaupun dia satu satunya teman manusia yang aku punya.
“Seeee see
selamat pagi bu, maaf saya terlambat” tiba tiba seisi kelas dikagetkan oleh
kedatangan Ari yang terpogoh-pogoh. Aku bisa tau, dia pasti habis dimarahi oleh
guru BK dan berlari kencang menuju kelas. Hahaa biarlah, dia memang pantas
mendapatkan itu .
“Huuuuuuuu”
seisi kelas mengejek Ari untuk kesekian kalinya, kecuali aku . Tak sedikitpun
aku bersuara melihat Ari yang tampak sangat berantakan pagi ini .
“Sudah
sudah.. Ari, ini yang terakhir. Janji ?” aahh .. dia selamat kali ini,
kebetulan sekali guru yang sedang mengajar di kelas adalah guru favorit di
kelas ini . Guru Bahasa Indonesia, guru yang santun dan juga baik hati . Tapi
sudahlah, guru ini sebenarnya sama saja dengan guru yang lain . Datang,
mengajar, lalu pulang .
“Iyaa bu,
terimakasih” dengan cepat Ari menjawab perkataan guru itu dan segera duduk di
sebelahku . Ya, kami satu bangku . Dan ini terjadi setiap hari, sebenarnya
aturan di kelas ini adalah setiap seminggu sekali semua siswa mengambil nomor
urut meja secara acak, aku pun seperti itu. Tapi dengan sengaja aku selalu memastikan
bahwa Ari lah yang menjadi teman dudukku . Aku tak pernah merasa nyaman duduk
dengan orang lain, mereka semua diam diam membicarakanku di belakang. Ku kira
mereka tau, bahwa apapun yang mereka pikirkan tentang aku, aku selalu
memahaminya, lalu untuk apa mereka membicarakan aku seperti itu ?
“Gilaaa, aku
cape banget Mir“ Ari duduk sembari menggerutu .Dan reaksiku hanya menoleh,lalu
mengangkat sebelah halisku dengan melayangkan pandangan tajam.
Begitulah
aku.. dan Ari tak pernah marah, Ari tau aku sedang tak ingin bicara jika mengeluarkan
reaksi seperti itu . Oh iyaa, kalian tau ? Ari tak pernah memanggilku dengan
sebutan Amara. Dia memanggilku Amira, entahlah .. aku tak tau apa maksud dari
nama itu. Yang aku tau, Ari tak terlalu suka dengan nama singkatku . Dulu,
ketika awal pertemanan kami, Ari pernah berkata bahwa nama Amara terkesan membawa
amarah pada diriku . Itulah sebabnya dia memberikan nama lain untuk memanggilku
. Awalnya aku keberatan dengan ide konyol itu, tapi lama lama, Ari berhasil
membuatku merasa nyaman dengan nama Amira~
Jam istirahat
pertama sudah terdengar, dan belum sepatah katapun aku ucapkan pada Ari. Sejak
jam pelajaran kedua, aku hanya menyandarkan kepalaku diatas meja sembari
bermalas-malasan .. beruntung yang duduk di sebelahku adalah Ari, tak sekali
pun dia berani menggangguku, bahkan ia juga sempat mengerjakan tugas yang
diberikan guru untukku.
“Mir ..
kenapa lagi ? ada yang mengganggumu pagi ini ?” Ari berusaha membujukku untuk
mau berbicara dengannya .
“Aku sedang
mencari sesuatu. Dan untuk menemukannya, aku datang jam 06.10 pagi ini.” Ari berhasil membuatku
bicara .. walaupun dengan kata yang sedikit kaku.
“Serius Mir ? kamu dateng jam segitu ? ah
ellah .. kenapa ga sekalian aja kamu mandi di sekolah ? hahaha” Huufft .. dia memang menyebalkan . Kenapa
juga aku harus mengatakan ini kepadanya. Harusnya aku tau, dia hanya akan
menertawakanku .
“Plis dong Ri,
gausah segitunya juga .. setega apa kamu sampe berani ngetawain aku yang sampe
jam segini belum makan apa apa ?” jawabku sedikit kecewa ..
“hmm mulai
deh manjanya, iyaa deh iyaa tuan putriku yang manis, yuk kita ke kantin, kita
makan sepuasnyaa.. tenaaang, kali ini biar aku yang traktir, ok?”
“ga ah !
kenyang !!”
“diiih dia
ngambek, ayolah Mir ... tadi kamu bilang kamu belum makan. Aku gamau ya kamu
sakit gara gara hal konyol yang kamu cari itu, ayoooooo !!” Ari berdiri sambil
menggandeng tanganku . Aku pun hanya menghela napas dan mengikuti tarikan
tangannyaa ..
Ari memang
anak yang baik, dia seorang teman yang sangat peduli dan pengertian, tapi sayangnyaa, Ah sudahlah . lupakan saja
dia. Aku menceritakan semuanya pada Ari, dan lagi lagi dia hanya tertawa . Ari
berhasil memasukkan beberapa suap roti coklat ke dalam mulutku, juga segelas jus
alpukat yang sengaja ia pesankan agar aku tak terlihat lemas. Tapi aku masih
bersikap sama, seperti kebingungan mencari hal yang tak bisa ditemukan.
Bel tanda
berakhirnya pelajaran hari ini sudah terdengar. Itu artinya tak ada lagi yang
bisa menarik perhatianku selain lorong menuju gerbang sekolah . Oh sayang
sekali, aku masih belum menemukan apa yang aku cari . Betapa ini membuatku
kesal, aku benci hal hal seperti ini . Sambil melangkah keluar dari kelas,
diam-diam aku berkata “Sialan kau !!”. Entahlah .. tiba tiba saja aku merasa
sangat kesal . Dan sepertinya Ari memperhatikanku dari tempat duduknya, aku
bergegas pergi meninggalkan kelas, dan aku tau .. Seseorang sedang membuntutiku
kali ini .
“Gausah jaga
jarak gitu !! kamu pergi aja Ri, aku mau langsung pulang siang ini !!” Tentu
saja aku tau yang membuntutiku itu Ari, suara langkahnya berkata bahwa dia
benar benar ingin tau apa yang aku rasakan sekarang. Tapi aku sedang tak ingin
di ganggu, cukup hal aneh pagi tadi saja yang membuatku melakukan hal konyol
hari ini.
“Maaf Mir
...” aku sangat jelas melihat wajah Ari yang menahan kecewa, aku juga mendengar
hatinya berkata “susah ya punya temen ajaib kaya kamu, dikit-dikit tau,
dikit-dikit ngerti . Aku cuma pengen kamu juga ngerasa penasaran”.
Itulah yang
selalu membuatku kesal pada Ari, dia selalu saja mengajukan pertanyaan pertanyaan
bodoh yang aku benci . Dan kali ini aku tak ingin menghiraukannya, aku
mengabaikannya dengan pura pura tidak mengetahui apa yang ada dalam hatinya . Aku
terus melangkah, melewati lorong demi lorong yang di penuhi hantu disetiap
sudutnya . Dan huuussstt.. hembusan angin tiba tiba terasa begitu dalam menusuk
paru paruku .
BERSAMBUNG
***