Minggu, 08 Januari 2017

Ammar dan Amara 2



Terlalu pagi ...

Jam tangan ku baru menunjukkan pukul 06.03 , dan aku sudah berjalan cukup jauh dari rumah. Hari ini aku bangun pagi sekali, aku berangkat bahkan tanpa menyuap-kan se sendok nasi pun ke dalam mulutku. Aku belum begitu mengerti, sebenarnya apa yang membawa ku pergi ke sekolah se pagi ini . Yang aku tau, ketika aku pergi dari suatu tempat ke tempat lain dengan tiba tiba dan tergesa gesa, itu berarti sesuatu hal yang penting sedang menunggu ku. Seolah ada sebuah tali yang menarik ku pergi mendekat .
Aku sampai, tepat pada pukul 06.10. Dan seperti yang aku duga, pintu gerbangnya masih tertutup, aku membukanya dan tak satu pun aku melihat siswa atau kendaraan yang terparkir di halaman sekolah . Pagi itu .. aku juga tak menemukan sosok yang aneh, hanya beberapa hantu wanita yang lalu lalang sembari tersenyum menyapaku pagi itu. Tapi seperti biasa, aku tak terlalu menghiraukan mereka. Aku hanya ingin tau magnet semacam apa yang sedang menarikku begitu kuat pagi ini .
 Aku terus mencari, menyusuri lorong demi lorong dan beberapa kelas yang ku anggap memungkinkan untuk menjadi sumber keanehan pagi ini. Namun hasilnya .. nihil, sampai sekolah di penuhi siswa pun aku masih belum menemukan magnet itu . Aku tak bertemu Ari pagi ini, sampai pelajaran pertama dimulai pun, Ari masih belum datang. Ya, aku tau, hari ini dia pasti terlambat lagi. Anak itu memang lambat, dalam segala hal. Dan hal itu pula yang menjadi salah satu alasan kenapa aku tak pernah menyukainya, yaaa walaupun dia satu satunya teman manusia yang aku punya.
“Seeee see selamat pagi bu, maaf saya terlambat” tiba tiba seisi kelas dikagetkan oleh kedatangan Ari yang terpogoh-pogoh. Aku bisa tau, dia pasti habis dimarahi oleh guru BK dan berlari kencang menuju kelas. Hahaa biarlah, dia memang pantas mendapatkan itu .
“Huuuuuuuu” seisi kelas mengejek Ari untuk kesekian kalinya, kecuali aku . Tak sedikitpun aku bersuara melihat Ari yang tampak sangat berantakan pagi ini .
“Sudah sudah.. Ari, ini yang terakhir. Janji ?” aahh .. dia selamat kali ini, kebetulan sekali guru yang sedang mengajar di kelas adalah guru favorit di kelas ini . Guru Bahasa Indonesia, guru yang santun dan juga baik hati . Tapi sudahlah, guru ini sebenarnya sama saja dengan guru yang lain . Datang, mengajar, lalu pulang .
“Iyaa bu, terimakasih” dengan cepat Ari menjawab perkataan guru itu dan segera duduk di sebelahku . Ya, kami satu bangku . Dan ini terjadi setiap hari, sebenarnya aturan di kelas ini adalah setiap seminggu sekali semua siswa mengambil nomor urut meja secara acak, aku pun seperti itu. Tapi dengan sengaja aku selalu memastikan bahwa Ari lah yang menjadi teman dudukku . Aku tak pernah merasa nyaman duduk dengan orang lain, mereka semua diam diam membicarakanku di belakang. Ku kira mereka tau, bahwa apapun yang mereka pikirkan tentang aku, aku selalu memahaminya, lalu untuk apa mereka membicarakan aku seperti itu ?
“Gilaaa, aku cape banget Mir“ Ari duduk sembari menggerutu .Dan reaksiku hanya menoleh,lalu mengangkat sebelah halisku dengan melayangkan pandangan tajam.
Begitulah aku.. dan Ari tak pernah marah, Ari tau aku sedang tak ingin bicara jika mengeluarkan reaksi seperti itu . Oh iyaa, kalian tau ? Ari tak pernah memanggilku dengan sebutan Amara. Dia memanggilku Amira, entahlah .. aku tak tau apa maksud dari nama itu. Yang aku tau, Ari tak terlalu suka dengan nama singkatku . Dulu, ketika awal pertemanan kami, Ari pernah berkata bahwa nama Amara terkesan membawa amarah pada diriku . Itulah sebabnya dia memberikan nama lain untuk memanggilku . Awalnya aku keberatan dengan ide konyol itu, tapi lama lama, Ari berhasil membuatku merasa nyaman dengan nama Amira~
Jam istirahat pertama sudah terdengar, dan belum sepatah katapun aku ucapkan pada Ari. Sejak jam pelajaran kedua, aku hanya menyandarkan kepalaku diatas meja sembari bermalas-malasan .. beruntung yang duduk di sebelahku adalah Ari, tak sekali pun dia berani menggangguku, bahkan ia juga sempat mengerjakan tugas yang diberikan guru untukku.
“Mir .. kenapa lagi ? ada yang mengganggumu pagi ini ?” Ari berusaha membujukku untuk mau berbicara dengannya .
“Aku sedang mencari sesuatu. Dan untuk menemukannya, aku datang jam  06.10 pagi ini.” Ari berhasil membuatku bicara .. walaupun dengan kata yang sedikit kaku.
 “Serius Mir ? kamu dateng jam segitu ? ah ellah .. kenapa ga sekalian aja kamu mandi di sekolah ? hahaha”  Huufft .. dia memang menyebalkan . Kenapa juga aku harus mengatakan ini kepadanya. Harusnya aku tau, dia hanya akan menertawakanku .
“Plis dong Ri, gausah segitunya juga .. setega apa kamu sampe berani ngetawain aku yang sampe jam segini belum makan apa apa ?” jawabku sedikit kecewa ..
“hmm mulai deh manjanya, iyaa deh iyaa tuan putriku yang manis, yuk kita ke kantin, kita makan sepuasnyaa.. tenaaang, kali ini biar aku yang traktir, ok?”
“ga ah ! kenyang !!”
“diiih dia ngambek, ayolah Mir ... tadi kamu bilang kamu belum makan. Aku gamau ya kamu sakit gara gara hal konyol yang kamu cari itu, ayoooooo !!” Ari berdiri sambil menggandeng tanganku . Aku pun hanya menghela napas dan mengikuti tarikan tangannyaa ..
Ari memang anak yang baik, dia seorang teman yang sangat peduli dan pengertian,  tapi sayangnyaa, Ah sudahlah . lupakan saja dia. Aku menceritakan semuanya pada Ari, dan lagi lagi dia hanya tertawa . Ari berhasil memasukkan beberapa suap roti coklat ke dalam mulutku, juga segelas jus alpukat yang sengaja ia pesankan agar aku tak terlihat lemas. Tapi aku masih bersikap sama, seperti kebingungan mencari hal yang tak bisa ditemukan.
Bel tanda berakhirnya pelajaran hari ini sudah terdengar. Itu artinya tak ada lagi yang bisa menarik perhatianku selain lorong menuju gerbang sekolah . Oh sayang sekali, aku masih belum menemukan apa yang aku cari . Betapa ini membuatku kesal, aku benci hal hal seperti ini . Sambil melangkah keluar dari kelas, diam-diam aku berkata “Sialan kau !!”. Entahlah .. tiba tiba saja aku merasa sangat kesal . Dan sepertinya Ari memperhatikanku dari tempat duduknya, aku bergegas pergi meninggalkan kelas, dan aku tau .. Seseorang sedang membuntutiku kali ini .
“Gausah jaga jarak gitu !! kamu pergi aja Ri, aku mau langsung pulang siang ini !!” Tentu saja aku tau yang membuntutiku itu Ari, suara langkahnya berkata bahwa dia benar benar ingin tau apa yang aku rasakan sekarang. Tapi aku sedang tak ingin di ganggu, cukup hal aneh pagi tadi saja yang membuatku melakukan hal konyol hari ini.
“Maaf Mir ...” aku sangat jelas melihat wajah Ari yang menahan kecewa, aku juga mendengar hatinya berkata “susah ya punya temen ajaib kaya kamu, dikit-dikit tau, dikit-dikit ngerti . Aku cuma pengen kamu juga ngerasa penasaran”.
Itulah yang selalu membuatku kesal pada Ari, dia selalu saja mengajukan pertanyaan pertanyaan bodoh yang aku benci . Dan kali ini aku tak ingin menghiraukannya, aku mengabaikannya dengan pura pura tidak mengetahui apa yang ada dalam hatinya . Aku terus melangkah, melewati lorong demi lorong yang di penuhi hantu disetiap sudutnya . Dan huuussstt.. hembusan angin tiba tiba terasa begitu dalam menusuk paru paruku .



BERSAMBUNG
***



 

Sabtu, 31 Desember 2016

CERPEN



Pacarmu Penghalang Cinta Kita

“Pliss ngerti, aku sayang sama kamu, Kak ..” Aku benar benar merasa tak baik baik saja, air mata yang berlinang tak lagi setetes atau dua tetes . Kali ini sudah terlalu banyak, aku menangis dipelukan Arya . Laki-laki yang sangat aku cintai .
“Ga segampang itu, aku juga sayang sama kamu, Malla. Tapi hati aku cinta sama dia . Aku gamau terus terusan nyakitin kamu ..” Pelukan itu semakin erat, dan aku tersesat . Aku menatap matanya .. Mata indah yang hanya memancarkan bayangan yang tak asing .

Senja .. Aku memulai sebuah penantian yang berujung di persimpangan , antara cinta dan benci . Awalnya aku yakin dengan apa yang ku temukan, hari itu . Namun ketika aku melangkah lebih jauh, aku kehilangan keyakinan itu .
Namaku Malla, aku seorang siswi yang baru duduk di kelas 2 SMA . Cerita ini aku tulis ketika aku mengingat seseorang. Tidak, maksudku bukan mengingat, tapi merindukan . Ya, aku merindukan seseorang .
Arya . Dia lelaki yang menjadi tokoh utama selain aku dalam cerita ini. Ini tentang kami, dan seseorang yang lain .
Dulu .. ketika senja, aku jatuh cinta . Sore itu aku pulang sangat terlambat, tumpukan tugas kurikulum baru menuntutku untuk betah berlama lama duduk di kursi sekolah . Aku selesai dengan tugasku,kemudian aku bergegas untuk segera pulang dan berbaring ditempat paling nyaman, kamarku . Tapi sebentar, aku melihat seseorang di ujung lorong itu. Aku tak mengenalnya, tapi sepertinya dia mengenalku . Karena ketika aku melihatnya, dia melemparkan sebuah senyuman .
“Iseng banget tuh orang, dia pikir aku cewe apaan disenyumin sama orang yg gak aku kenal” aku sedikit merasa risih kala itu, aku memang bukan tipe orang yang ramah pada orang lain . Aku sedikit menutup diri dari pergaulan anak SMA pada umumnya, aku terlalu sibuk dengan dunia ku sendiri . Tak ada banyak waktu untuk hal hal konyol seperti pacaran atau hangout bersama teman .
“Malaa .. tunggu “ ada suara yang menghentikan langkahku saat itu, ketika aku berlalu mengabaikan senyuman manis dari orang yang tak ku kenal .
“Iya ?” aku menoleh dan mendapati seseorang bertubuh tinggi sedang berlari ke arahku .
“Heii, kamu Malla kan ? 11 MIA 3 ?“ hebat, laki laki itu benar mengenalku .
“Iya, kamu siapa ? “ aku mulai tersenyum dan sedikit ramah .
“Oh iya, aku Arya, 12 IPA 3 . Apa kau mengenalku ?” pria itu seolah ingin meyakinkan sesuatu . Aku melihat tatapan lain selain rasa ingin berkenalan .
“Ooh.. Kakak kelas . Arya ? Engga kak, maaf ada apa ya ?” aku menjawab pertanyaannya dengan polos dan cepat, aku sedang terburu buru .
“Masa gak kenal, padahal ekstrakurikuler kita sama Mall” lanjutnya ..
“Oh gitu .. yaudah, sekarang aku udah tau kakak. Terus kenapa kakak manggil aku ?” aku tak bisa menyembunyikan sikap dingin ku . Aku memang seperti ini , tak mudah ramah pada orang asing .
“Engga,aku cuma mau ngembaliin ini aja” dia mengulurkan tangannya dan memberikan beberapa lembar kertas . Aku bingung dengan apa yang dia lakukan .
“Ini apa ?” aku segera membukanya dan, lembar lembar kertas itu ternyata adalah cerpen yang aku buat untuk tugas pelajaran Bahasa besok .
“Aissh kak, kenapa cerpen ini bisa ada di kakak ? Ga ngerti, seriusan!” aku sedikit terkejut. Ya, sedikit. Tapi dia tak menjawab pertanyaan itu, dia hanya berkata, “Sekarang udah sore, mending kamu pulang . Nanti ibu kamu nyariin, kalo mau tau kenapa cerpen itu bisa ada di aku, besok pulang sekolah kita ketemu lagi disini . Aku ceritain deh !!”
Laki-laki itu terus menatapku dengan aneh . Aku semakin bingung. Tapi dia benar, ini sudah terlalu sore untuk berada di lorong sekolah bersama kakak kelas yang baru ku kenal .
“Yaellah kak, tinggal bilang aja. Masaiya harus nunggu besok ? Yaudah deh, aku pulang !” kali ini aku tersenyum, dan memutar langkah kemudian berlari.
Aku tak lagi memikirkannya. Dan Arya ? Entahlah, setelah itu aku tak tau lagi dia kemana.


***

Keesokan harinya sepulang sekolah, aku melihat  Arya sedang berjalan sendiri dengan tumpukan buku ditangannya . Saat itu aku mengabaikannya. Awalnya biasa saja, sampai tiba tiba tumpukan buku itu berhaburan dan tak lama kemudian beberapa diantaranya ada ditangan kecilku .
“Mall.. kamu dateng ?” kakak itu tersenyum manis kepadaku .
“Yaellah kak, kebetulan aja aku mau pulang lewat sini . Terus ngeliat kakak repot sendiri bawa buku sebanyak ini . Yaudah, aku samperin” jelas ku.
“Waaw, Mall ini cerewet juga ya aslinya ?” Arya menggodaku sambil berdiri membenarkan posisi badannya .
“Nama aku Malla kak, bukan Mall . Jadi gimana ? Kenapa cerpen aku bisa ada di kakak ? Kakak ga nyuri cerpen itu kan ?” aku menatapnya sedikit sinis .
“Eits .. Ko kamu mikirnya gitu Mall ? Ya enggalah, ngapain juga aku nyuri kertas kertas itu . Jadi sebenernya gini, kemaren pagi, aku mau ke tempat fotokopian, eh tiba tiba aku ngeliat ada beberapa lembar kertas di gerbang belakang sekolah, untung ga keinjek injek sama orang . Yaudah, aku ambil . Nah, aku baca deh tuh isinya, dan ternyata ada nama kamu disana . Ya berarti kertas itu punya kamu dong. Jujur aja aku tertarik sama judul cerpen itu “Hantu Lorong Sekolah”. Aku kira itu cerita horor, eeh gataunya cerita drama . Nah, tadinya aku mau anterin langsung ke kelas kamu. Kelas kita kan deketan tuh . Tapi aku tau cerpennya baru dikumpulin hari ini. Ada tanggalnya disana . Haha .. Yaudah, aku bawa aja ke kelas . Dan baca sampe selesai. Baru deh, pas pulang aku ketemu kamu di lorong, dan akhirnya aku kembaliin deh cerpen itu. Aku baik kan Mall ?” aku hanya diam mendengarkan penjelasan itu . Memang masuk akal, tapi aku masih heran kenapa dia bisa tau bahwa nama pengarang itu adalah namaku .
“Ooh gitu kak!” jawabku singkat.
“Ya ampun Mall, gitu aja jawabnya ?
“Yaterus harus gimana ? ooh aku tau, Terimakasih kak Arya yang baiiiikk .. gitu kak ?” candaku sambil sedikit menundukan badan .
“Haha .. Malla.. Malla .. kamu tuh ya blablablabla ...”
Obrolan sepulang sekolah semakin panjang . Kami saling mengenal satu sama lain. Kami membicarakan banyak hal, ini pertama kalinya ada lelaki yang bisa membuatku bercerita sebanyak itu . Dan ini juga pertama kalinya aku merasa nyaman berada di dekat orang asing yang namanya baru ku tau hari kemarin . Ini aneh, rasa ini aneh, dia aneh dan aku juga aneh.
Perlahan kami menjadi dekat, dan semakin dekat. Tak ada kata yang mampu mewakili apa yangg kurasakan padanya.Cinta ? Mungkin. Arya membuatku jatuh cinta ? Mungkin saja, karena aku selalu merindukannya . Sudah dua bulan terakhir, setiap pulang sekolah aku menunggunya di lorong itu untuk sekedar membicarakan hal hal konyol yang sebenarnya tidak penting.
Pernah suatu sore, Arya memberiku pesan bahwa dia sedang menunggu di lorong sekolah. Dan tanpa ragu aku berlari menemuinya. Dia membawa setangkai mawar putih dan sebuah lolipop besar. Ya, aku ingat kemarin aku bercerita bahwa aku sangat menyukai mawar putih dan lolipop besar. Ingin sekali aku memeluknya, mengatakan seribu terimakasihku yang tak bisa aku ucapkan. Tapi ini sekolah, dan aku juga harus mengendalikan perasaanku.
“Mall !!” di unjung lorong Arya berteriak memanggilku yang sedang berlari ke arahnya. Dia melambaikan mawar dan lolipop itu.
“Kak, niat banget sumpah! Makasiiiiihh”
“Iyaa nih, tadi malem aku nganter mama belanja lewat toko bunga ya sekalian aja. Semoga kamu suka yaa” beberapa kali Arya membelai rambutku.
“Suka banget!” aku menjawab singkat sambil langsung memakan lolipop besar itu.
Sore itu, lagi lagi Arya mengantarku pulang dengan motornya. Kita memang semakin dekat dan aku yakin, sebenarnya Arya juga menyukaiku. Tapi entahlah, aku selalu merasa ada sesuatu yang Arya sembunyikan. Perasaannya ? haha mungkin saja. Sama sepertiku, siapa yang tahu diam-diam ternyata Arya juga menyukaiku ?
Kami sampai, dan sebelum masuk, Arya mengatakan sesuatu yang sangat menarik.
“Mall, aku sayang kamu.”
Dengan wajah datar dia pergi begitu saja. Membuatku terkejut lagi dan lagi. Sebenranya apa yang dipikirkan Arya ? kalau memang dia menyayangiku bukankah seharusnya kita sudah pacaran sekarang ? Apa yang membuatnya terus menunggu ? Aku benar-benar bingung dengan sikap Arya hari ini. Berulang kali dia membuatku jatuh hati.
Sejak hari itu, dia selalu memanggilku. Mengajakku kemanapun dia mau dan mengatakan apapun yang dia suka. Dia selalu membuatku tersenyum, dan membuat jantungku berdetak kencang . Awalnya aku ragu dan selalu ragu. Apakah aku benar-benar jatuh cinta pada Arya ? Apakah Arya juga benar-benar jatuh cinta kepadaku ? Sesaat aku bingung dengan rasa yang menyesakkan ini. Tapi akhirnya, aku mulai terbiasa dan meyakinkan diri “Ya, Aku mencintai Arya”.

***

Hingga di suatu sore, Arya menghampiriku yang sedang menunggunya. Kami berencana untuk pergi ke toko buku sore ini.
“Mall !!”
“Heii kak, udah selesai ?”
“Udaah, yuk ! keburu sore” Arya menarik tanganku dengan erat. Lagi lagi jantungku berdetak semakin kencang. Inilah yang membuatku semakin menyukai Arya, sikap lembut dan perhatiannya yang selalu saja membuatku nyaman. Tak hanya itu, Arya juga memasangkan helm di kepalaku. Menarik kedua tanganku dan berkata,
“Pegangan Mall, aku mau ngebut!”.
Tanpa ragu aku memeluk pinggang Arya dengan sangat erat. Aku benar-benar senang. Dan aku berharap, Arya juga merasakan apa yang sedang ku rasakan. Saat ini, ingin sekali aku berbisik ditelinganya, mengatakan aku menyukainya. Tapi pikiran itu segera aku kubur dalam-dalam. Aku takut, perasaan ini hanya miliku saja dan akhirnya perasaanku malah mengganggunya.
Kita sampai di toko buku. Dan setelah selesai membeli buku, Aku merasa ada yang aneh dari sikap Arya. Wajahnya murung, dan dia terus melihat hpnya.
“Kak, kenapa sih ? Ko jadi aneh.” Aku mulai menanyakan rasa penasaranku.
“Aneh ? Emang keliatan ya Mall?”
“Yaiyalah kak, keliatan banget. Ada masalah cerita kek, siapa tau bisa aku bantuin”
“Yakin mau denger ?”
“Ya kalo kakak ngomong pasti aku dengerinlah”
“Hmm, cewe aku tiba-tiba ngajak putus Mall!”
JLEB! JLEB! JLEB!
Bego !! Arya punya cewe ? Jadi selama ini Arya udah punya cewe ?
Aku terpaku beberapa saat. Dadaku sesak. Mataku memanas. Pipiku memerah. Kaki dan tanganku lemas. Aku menarik nafas yang sangat panjang, lalu berkata,
“Kak Arya punya pacar?”
“Iyaa Mall, bulan depan kita anniv setaun. Aku belom cerita ya ?”
“Ooh, kak Arya punya pacar?”
“Gitu deh Mall, aku sayang banget sama dia tapi emang beberapa minggu ini kita lagi berantem terus. Eh, tiba-tiba barusan dia minta putus. Menurut kamu gimana Mall, biar dia ga marah lagi sama aku ?”
“Ooh, jadi kak Arya punya pacar?”
“lya mall, iyaa. Ko jadi kamu yang aneh sih ?”
“hehe.. ya aku sedikit kaget aja. Ga kepikiran.” haha aku tersenyum kaku menahan sengatan tajam dari kalimat2 yang Arya keluarkan.
“Jadi gimana dong Mall ? Aku gamau putus sama dia”
“Kakak dateng aja ke rumahnya, bawa bunga sama makanan kesukaan dia. Nanti juga dimaafin” saranku ngasal.
Dan ternyata, Arya malah ngajak aku nyari buket bunga sama makanan kesukaan cewe itu. Entahlaah, rasanya aku pengen teriak maki-maki Arya.
“LO PUNYA CEWE NGAPAIN DEKETIN GUE ? BILANG SAYANG SAMA GUE ? NGAJAK JALAN GUE ? NRAKTIR MAKAN GUE ? BIKIN GUE SAYANG SAMA LO ? INI YANG BEGO LO APA GUE?”
Selesai. Sore itu ditutup dengan senyuman Arya sambil melambaikan tangannya di depan rumahku. Aku tak membalasnya, rasanya sudah sangat memuakan. Aku langsung mengunci diri di kamar, dan menangis tentunya. Sedang Arya ? Entahlah. Mungkin dia sedang memberi kejutan pada pacarnya.
Seminggu setelah kejadian hari itu aku menjauhi Arya, chat dan telponnya tak lagi aku ladeni. Dan aku juga tak lagi menunggunya di lorong sekolah. Setiap berpapasan dengannya, aku selalu menghindar. Aku tak tau, apa aku membencinya ? Tidak. Tentu tidak. Aku masih sangat mencintainya. Tapi aku bisa apa ? Di hari itu, tengah malam Arya Mengirimku beberapa pesan. Isinya ungkapan terimakasih karena saranku membuat mereka tak jadi putus.
Waah .. aku memang ahlinya untuk mengobati luka orang lain. Sedang luka ku ? seperti angin. Hanya terasa, tak pernah terlihat.
“Mall..” “Maall” “Malla” “maallaaaa”
Arya terus memanggilku, menelponku, mengirimku pesan, dia bahkan datang ke rumahku. Tapi aku selalu menolak menemuinya. Sikapku mungkin membuatnya bingung. Tapi aku juga tak pernah bisa menjelaskan apapun pada Arya. Bagaimana bisa aku mengakui perasaanku padanya dan memberitahunya bahwa aku sangat terluka ? Aku hanya merasa bodoh. Selama ini begitu bahagia atas perlakuan Arya. Aku tau aku sangat tidak dewasa. Tapi ini satu-satunya cara yang aku bisa, agar aku baik-baik saja. dengan menjauhinya.

***

“JAM 4 SORE DI TAMAN DEKET RUMAH KAMU” –ARYA-
Pagi itu aku dikagetkan dengan sepucuk kertas berisi pesan dari Arya yang tergeletak diatas mejaku. Tak ketinggalan setangkai mawar putih dan lolipop besar bertumpuk diatasnya. Aku rasa aku harus datang. Aku juga harus menjelaskan pada Arya apa yang kurasakan. Aku tak tau bagaimana akhir dari cerita kita, tapi aku yakin saat kita bertemu nanti, sesuatu yang baik akan terjadi. Aku terus melirik jam tanganku hari itu. Rasanya waktu benar-benar sangat lambat. Dan akhirnya, bel pulang pun berdering. Aku bergegas pulang bersiap-siap menemui Arya. Dan seperti biasa, Arya masih menungguku di lorong sore itu. Tapi sekali lagi aku mengabaikannya. Biarlah, toh nanti sore semua akan jelas untuk kami berdua.
Sore itu Arya datang lebih dulu. Dia duduk menungguku di kursi taman. Dengan langkah pelan aku menghampiri Arya dan duduk di sampingnya. Beberapa menit pertama kami hanya diam. Suasana sore itu sangat sepi.
“Mall..” Akhirnya Arya mengucapkan sepatah kata. Kata yang sudah lama ku abaikan, saat dia memanggilku, Mall.
“Iya, kak” aku tertunduk lesu menjawab sapanya.
“Maafin aku”
Mendengar kalimat itu mataku memerah. Rasanya aku ingin menangis lagi. Dia merasa dia salah dan aku penasaran, apa yang dia pikir menjadi kesalahannya.
“Salah kakak apa ?”
“Banyak. Salah aku terlalu banyak sama kamu. Harusnya dari awal aku ga ngedeketin kamu. Harusnya dari awal aku bilang kalo aku udah punya cewe. Harusnya aku ga ngasih kamu bunga. Harusnya aku ga bilang aku sayang sama kamu”
Kalimat itu bertubi-tubi keluar dari mulut Arya dengan mulusnya. Aku hanya diam, dan perlahan air mataku mulai menetes.
“Mall, aku buta sesaat. Dari awal ngeliat kamu aku emang udah tertarik sama kamu, aku mulai nyari tau tentang kamu dan aku mulai suka sama kamu. Dan aku juga sadar seiring waktu kamu mulai suka juga sama aku. Tapi aku gabisa ngelepasin pacar aku. Dan hal itu yang bikin aku jadi serakah. Aku tau aku egois, aku tau kamu marah sama aku, tapi jangan benci aku Mall, maafin aku”
Kalimat itu juga tak cukup menjadi penjelasan, Arya benar-benar keterlaluan. Jadi selama ini dia tau aku menyukainya. Dan dia juga menyukaiku.
“Terus apa yang salah ? Sekarang udah jelas kan, kakak suka sama aku dan kakak juga tau aku suka sama kakak. Tapi kenapa kita ga bisa sama-sama ?” aku berdiri membelakangi Arya. Dan Arya hanya terdiam.
“Kak, bukan Cuma kakak yang egois, aku juga. Bahkan setelah tau kakak punya pacar, aku masih tetep sayang sama kakak.”
“Maafin aku, Mall. Tapi aku tetep gabisa” tiba-tiba Arya memelukku.
Pelukan itu membuatku ingin menangis semakin kencang.
“Pliss ngerti, aku sayang sama kamu, Kak. Jangan tinggalin aku.” Aku benar benar merasa tak baik baik saja, air mata yang berlinang tak lagi setetes atau dua tetes . Kali ini sudah terlalu banyak, aku menangis dipelukan Arya . laki laki egois yang sangat aku cintai .
“Ga segampang itu, aku juga sayang sama kamu, Malla. Tapi hati aku cinta sama dia . Aku gamau terus terusan nyakitin kamu ..” Pelukan itu semakin erat, dan aku tersesat . Aku menatap matanya, mata indah yang hanya memancarkan bayangan yang tak asing.
“Kakak bener-bener egois.” Aku melepaskan pelukan itu.
“Kalo dari awal aku tau kak Arya udah punya pacar, mungkin perasaan aku gaakan sejauh ini. Tapi aku bisa apa ? aku juga gabisa maksa kakak buat pilih aku. Dan aku juga gabisa kalo dijadiin yang kedua. Sepenuhnya aku sadar kalo aku cuma pendatang yang bikin hati kakak goyah. Aku sangat sadar aku gaakan bisa ngelebihin posisi pacar kakak. Aku hargain keputusan kakak, makasih udah mau jujur. Dan makasih juga, karena setidaknya kakak udah pernah bilang sayang sama aku.” Mendengar perkataanku Arya hanya terdiam, entah apa yang dia pikirkan dalam diamnya.
“Jangan panggil namaku lagi kak, jangan tunggu aku di lorong itu lagi. Aku sudah sangat merasa cukup atas apa yang udah kakak lakuin selama ini.” Aku mundur lalu berbalik meninggalkan Arya.
Terdengar suara lirih Arya menyebut namaku senja itu,
“Maafin aku Mall..”
Senja menutup hari yang panjang. Ufuk barat memancarkan cahaya jingga yang merekah diselimuti awan-awan. Aku melangkah menjauhi Arya. Cerita yang dimulai senja, berakhir di senja lainnya. Ya.. Keputusan Arya mengakhiri cerita kami, cerita yang bahkan belum sempat dimulai dengan benar. Tapi tidak apa-apa, aku yakin pada akhirnya aku akan baik-baik saja. Petang memang akan berganti malam, dan saat pulang jalanku memang gelap. Hari mulai malam. Tapi bukankan selalu ada hari esok ? Yang harus aku lalui hanya beberapa jam dalam gelapnya malam.
Sesampainya di rumah aku membersihkan diri, berhenti menangis dan mulai tertidur. Malam yang gelap ini akan ku isi dengan mimpi, yang indah. Dan esok, saat mentari kembali bersinar, cahaya akan datang. Membawa embun dan hembusan angin yang menyegarkan. Membangunkanku, untuk mewujudkan mimpi yang baru. Kita tak pernah tau kapan kita sakit dan terluka. Tapi yakinilah.. seperti gelapnya malam, sakit karena luka itu akan hilang dalam beberapa jam.


SEKIAN

JURNAL 2 FILSAFAT DAN SEJARAH MATEMATIKA



KESAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH FILSAFAT DAN SEJARAH MATEMATIKA SELAMA 1 SEMESTER
JURNAL
Dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Filsafat dan Sejarah Matematika



 











Oleh,
Lilis Ratna Sari
162151063
2016A


PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2016




Jurnal 2
Untuk : Pak Dedi Muhtadi, M.Pd


Assalamualaikum Pak, bagaimana kabarnya hari ini ? Semoga Bapak dan keluarga senantiasa dalam keadaan sehat dan dilindungi oleh Allah SWT. Aamiin!
Mungkin saat ini bapak bertanya-tanya apa isi dari jurnal ini. Jurnal ini berisi surat pak, Surat yang saya buat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Filsafat dan Sejarah Matematika. Sesuai dengan yang sudah bapak sampaikan sebelumnya, kami dibebaskan untuk mengekspresikan jurnal kami dalam bentuk apa pun. Dan yang terlintas dalam benak saya adalah sebuah surat, yang berisi segala hal yang saya alami dan saya rasakan selama mengikuti mata kuliah ini.
Sebelumnya saya ingin mengucapkan terimakasih banyak untuk bapak, yang dengan setulus hati telah bersedia menggantikan pak Dedi Nurjamil selaku dosen pengasuh untuk mata kuliah ini. Bapak dengan segala kesibukan bapak rela meluangkan banyak waktu untuk membimbing kami selama satu semester ini. Sekali lagi saya ucapkan terimakasih banyak untuk bapak.
Melalui bimbingan bapak, ada beberapa hal saya alami, saya dapatkan dan saya rasakan selama mengikuti mata kuliah Filsafat dan Sejarah Matematika. Dan diantara beberapa hal itu, semuanya menyatu dan menjadikan saya menjadi seseorang yang lebih mau berfikir. Jujur saja, awalnya mata kuliah ini terasa sangat membosankan. Saya berfikir mengapa dalam mata kuliah ini saya tidak memikirkan apa-apa ? Tugas pun hanya seadanya. Membuat makalah secara berkelompok dan jurnal 1 yang berisi kesan pesan selama pertemuan beberapa minggu.
Saya sempat menganggap mata kuliah ini sangat membingungkan. Namun seiring berjalannya waktu, saya mengerti. Inilah realita kampus yang tidak hanya harus saya jalani, tetapi juga harus saya hadapi. Sekarang baru terfikirkan oleh saya, mengapa bapak selalu tiba-tiba menanyakan satu hal di dalam kelas. Pertanyaan yang selalu tidak pernah saya jawab. Yaitu, “Ada pertanyaan?” berulang kali pertanyaan itu bapak tanyakan dikelas dan sekalipun saya tidak pernah menjawabnya. Dan sekarang baru saya rasakan, bahwa selama ini saya tidak belajar apa-apa.
Dulu, saya sempat menganggap mata kuliah ini adalah mata kuliah yang paling santai karena tidak banyak materi yang harus saya hafalkan. Memang, setidaknya ada satu materi yang sedikit saya kuasai. Materi yang saya jadikan makalah bersama teman kelompok saya, tentang Sejarah dan Filsafat Sistem Persamaan Linear. Ya, mungkin itu satu-satunya materi yang saya pelajari selama satu semester ini. Karena sedikitnya materi, saya rasa saya selalu memiliki banyak waktu luang. Tapi sekarang, baru saya sadari bahwa saya sudah kehilangan banyak waktu.
Tiba-tiba saya teringat dengan salah satu kalimat yang sering bapak utarakan dikelas, yaitu : “Hidup ini adalah masalah. Tetapi jangan dijadikan masalah ataupun dipermasalahkan. Lakukan saja apa yang bisa kamu lakukan. Itu pun jika kamu mau melakukannya, dst”. Dan sekarang, baru terfikirkan oleh saya bahwa selama ini tidak banyak yang saya lakukan dan apa yang sudah saya lakukan hanya membuang-buang waktu. Selama satu semester ini saya hanya terpaku pada apa yang ingin saya lakukan tanpa memikirkan apa yang harus saya lakukan.
Pada akhirnya, saya merasa selama satu semester menjalani mata kuliah Filsafat dan Sejarah Matematika ini, saya belum mengerti banyak hal karena tidak melakukan banyak hal pula. Dan hal itu membuat saya merasa hampa, kosong dan tak mengerti apa-apa. Saya paham betul alasan dari perasaan semacam itu adalah karena saya yang terlalu terlena oleh pikiran awal saya yang menganggap mata kuliah ini ringan. Untuk itu, saya ingin meminta maaf. Kepada diri saya, dan juga bapak.
Kepada diri saya yang sudah saya abaikan karena tidak melakukan sesuatu yang harus saya lakukan, yaitu belajar. Dan kepada bapak yang sudah sering mengarahkan kami untuk melakukan sesuatu yang harus kami lakukan, yaitu belajar. Memang benar, sesal kemudian tidak berguna. Maka dari itu, saya berjanji pada diri saya sendiri untuk tidak mengulangi kesalahan saya ini. Memang tidak banyak yang saya pelajari dalam mata kuliah ini. Tapi setidaknya, ada satu hal yang benar-benar saya pahami, yaitu tentang waktu yang tak bisa diputar lagi.
Ya, Filsafat dan Sejarah Matematika tidak banyak memberi saya wawasan. Tetapi mengajarkan saya untuk lebih menghargai waktu dan hal itulah yang membuat saya ingin berterimakasih kepada bapak, berkali-kali. Semoga surat ini dapat mewakili segala rasa dan juga pengalaman saya. Akhir kata, Wassalamualaikum Wr.Wb.