Pacarmu Penghalang Cinta Kita
“Pliss ngerti, aku
sayang sama kamu, Kak ..” Aku benar benar merasa tak baik baik saja, air mata
yang berlinang tak lagi setetes atau dua tetes . Kali ini sudah terlalu banyak,
aku menangis dipelukan Arya . Laki-laki yang sangat aku cintai .
“Ga segampang itu, aku
juga sayang sama kamu, Malla. Tapi hati aku cinta sama dia . Aku gamau terus
terusan nyakitin kamu ..” Pelukan itu semakin erat, dan aku tersesat . Aku
menatap matanya .. Mata indah yang hanya memancarkan bayangan yang tak asing .
Senja .. Aku memulai sebuah penantian yang berujung di
persimpangan , antara cinta dan benci . Awalnya aku yakin dengan apa yang ku
temukan, hari itu . Namun ketika aku melangkah lebih jauh, aku kehilangan
keyakinan itu .
Namaku Malla, aku seorang siswi yang baru duduk di kelas 2
SMA . Cerita ini aku tulis ketika aku mengingat seseorang. Tidak, maksudku
bukan mengingat, tapi merindukan . Ya, aku merindukan seseorang .
Arya . Dia lelaki yang menjadi tokoh utama selain aku dalam
cerita ini. Ini tentang kami, dan seseorang yang lain .
Dulu .. ketika senja, aku jatuh cinta . Sore itu aku pulang
sangat terlambat, tumpukan tugas kurikulum baru menuntutku untuk betah berlama
lama duduk di kursi sekolah . Aku selesai dengan tugasku,kemudian aku bergegas
untuk segera pulang dan berbaring ditempat paling nyaman, kamarku . Tapi
sebentar, aku melihat seseorang di ujung lorong itu. Aku tak mengenalnya, tapi
sepertinya dia mengenalku . Karena ketika aku melihatnya, dia melemparkan
sebuah senyuman .
“Iseng banget tuh orang, dia pikir aku cewe apaan disenyumin
sama orang yg gak aku kenal” aku sedikit merasa risih kala itu, aku memang
bukan tipe orang yang ramah pada orang lain . Aku sedikit menutup diri dari
pergaulan anak SMA pada umumnya, aku terlalu sibuk dengan dunia ku sendiri . Tak
ada banyak waktu untuk hal hal konyol seperti pacaran atau hangout bersama teman .
“Malaa .. tunggu “ ada suara yang menghentikan langkahku saat
itu, ketika aku berlalu mengabaikan senyuman manis dari orang yang tak ku kenal
.
“Iya ?” aku menoleh dan mendapati seseorang bertubuh tinggi
sedang berlari ke arahku .
“Heii, kamu Malla kan ? 11 MIA 3 ?“ hebat, laki laki itu
benar mengenalku .
“Iya, kamu siapa ? “ aku mulai tersenyum dan sedikit ramah .
“Oh iya, aku Arya, 12 IPA 3 . Apa kau mengenalku ?” pria itu
seolah ingin meyakinkan sesuatu . Aku melihat tatapan lain selain rasa ingin
berkenalan .
“Ooh.. Kakak kelas . Arya ? Engga kak, maaf ada apa ya ?” aku
menjawab pertanyaannya dengan polos dan cepat, aku sedang terburu buru .
“Masa gak kenal, padahal ekstrakurikuler kita sama Mall”
lanjutnya ..
“Oh gitu .. yaudah, sekarang aku udah tau kakak. Terus kenapa
kakak manggil aku ?” aku tak bisa menyembunyikan sikap dingin ku . Aku memang
seperti ini , tak mudah ramah pada orang asing .
“Engga,aku cuma mau ngembaliin ini aja” dia mengulurkan
tangannya dan memberikan beberapa lembar kertas . Aku bingung dengan apa yang
dia lakukan .
“Ini apa ?” aku segera membukanya dan, lembar lembar kertas
itu ternyata adalah cerpen yang aku buat untuk tugas pelajaran Bahasa besok .
“Aissh kak, kenapa cerpen ini bisa ada di kakak ? Ga ngerti,
seriusan!” aku sedikit terkejut. Ya, sedikit. Tapi dia tak menjawab pertanyaan
itu, dia hanya berkata, “Sekarang udah sore, mending kamu pulang . Nanti ibu
kamu nyariin, kalo mau tau kenapa cerpen itu bisa ada di aku, besok pulang sekolah
kita ketemu lagi disini . Aku ceritain deh !!”
Laki-laki itu terus menatapku dengan aneh . Aku semakin
bingung. Tapi dia benar, ini sudah terlalu sore untuk berada di lorong sekolah
bersama kakak kelas yang baru ku kenal .
“Yaellah kak, tinggal bilang aja. Masaiya harus nunggu besok
? Yaudah deh, aku pulang !” kali ini aku tersenyum, dan memutar langkah
kemudian berlari.
Aku tak lagi memikirkannya. Dan Arya ? Entahlah, setelah itu
aku tak tau lagi dia kemana.
***
Keesokan harinya sepulang sekolah, aku melihat Arya sedang berjalan sendiri dengan tumpukan
buku ditangannya . Saat itu aku mengabaikannya. Awalnya biasa saja, sampai tiba
tiba tumpukan buku itu berhaburan dan tak lama kemudian beberapa diantaranya
ada ditangan kecilku .
“Mall.. kamu dateng ?” kakak itu tersenyum manis kepadaku .
“Yaellah kak, kebetulan aja aku mau pulang lewat sini . Terus
ngeliat kakak repot sendiri bawa buku sebanyak ini . Yaudah, aku samperin”
jelas ku.
“Waaw, Mall ini cerewet juga ya aslinya ?” Arya menggodaku
sambil berdiri membenarkan posisi badannya .
“Nama aku Malla kak, bukan Mall . Jadi gimana ? Kenapa cerpen
aku bisa ada di kakak ? Kakak ga nyuri cerpen itu kan ?” aku menatapnya sedikit
sinis .
“Eits .. Ko kamu mikirnya gitu Mall ? Ya enggalah, ngapain
juga aku nyuri kertas kertas itu . Jadi sebenernya gini, kemaren pagi, aku mau
ke tempat fotokopian, eh tiba tiba aku ngeliat ada beberapa lembar kertas di
gerbang belakang sekolah, untung ga keinjek injek sama orang . Yaudah, aku
ambil . Nah, aku baca deh tuh isinya, dan ternyata ada nama kamu disana . Ya
berarti kertas itu punya kamu dong. Jujur aja aku tertarik sama judul cerpen
itu “Hantu Lorong Sekolah”. Aku kira itu cerita horor, eeh gataunya cerita
drama . Nah, tadinya aku mau anterin langsung ke kelas kamu. Kelas kita kan
deketan tuh . Tapi aku tau cerpennya baru dikumpulin hari ini. Ada tanggalnya
disana . Haha .. Yaudah, aku bawa aja ke kelas . Dan baca sampe selesai. Baru
deh, pas pulang aku ketemu kamu di lorong, dan akhirnya aku kembaliin deh cerpen
itu. Aku baik kan Mall ?” aku hanya diam mendengarkan penjelasan itu . Memang
masuk akal, tapi aku masih heran kenapa dia bisa tau bahwa nama pengarang itu
adalah namaku .
“Ooh gitu kak!” jawabku singkat.
“Ya ampun Mall, gitu aja jawabnya ?
“Yaterus harus gimana ? ooh aku tau, Terimakasih kak Arya
yang baiiiikk .. gitu kak ?” candaku sambil sedikit menundukan badan .
“Haha .. Malla.. Malla .. kamu tuh ya blablablabla ...”
Obrolan sepulang sekolah semakin panjang . Kami saling
mengenal satu sama lain. Kami membicarakan banyak hal, ini pertama kalinya ada
lelaki yang bisa membuatku bercerita sebanyak itu . Dan ini juga pertama
kalinya aku merasa nyaman berada di dekat orang asing yang namanya baru ku tau
hari kemarin . Ini aneh, rasa ini aneh, dia aneh dan aku juga aneh.
Perlahan kami menjadi dekat, dan semakin dekat. Tak ada kata
yang mampu mewakili apa yangg kurasakan padanya.Cinta ? Mungkin. Arya membuatku
jatuh cinta ? Mungkin saja, karena aku selalu merindukannya . Sudah dua bulan
terakhir, setiap pulang sekolah aku menunggunya di lorong itu untuk sekedar
membicarakan hal hal konyol yang sebenarnya tidak penting.
Pernah suatu sore, Arya memberiku pesan bahwa dia sedang
menunggu di lorong sekolah. Dan tanpa ragu aku berlari menemuinya. Dia membawa
setangkai mawar putih dan sebuah lolipop besar. Ya, aku ingat kemarin aku
bercerita bahwa aku sangat menyukai mawar putih dan lolipop besar. Ingin sekali
aku memeluknya, mengatakan seribu terimakasihku yang tak bisa aku ucapkan. Tapi
ini sekolah, dan aku juga harus mengendalikan perasaanku.
“Mall !!” di unjung lorong Arya berteriak memanggilku yang
sedang berlari ke arahnya. Dia melambaikan mawar dan lolipop itu.
“Kak, niat banget sumpah! Makasiiiiihh”
“Iyaa nih, tadi malem aku nganter mama belanja lewat toko
bunga ya sekalian aja. Semoga kamu suka yaa” beberapa kali Arya membelai
rambutku.
“Suka banget!” aku menjawab singkat sambil langsung memakan
lolipop besar itu.
Sore itu, lagi lagi Arya mengantarku pulang dengan motornya.
Kita memang semakin dekat dan aku yakin, sebenarnya Arya juga menyukaiku. Tapi
entahlah, aku selalu merasa ada sesuatu yang Arya sembunyikan. Perasaannya ?
haha mungkin saja. Sama sepertiku, siapa yang tahu diam-diam ternyata Arya juga
menyukaiku ?
Kami sampai, dan sebelum masuk, Arya mengatakan sesuatu yang
sangat menarik.
“Mall, aku sayang kamu.”
Dengan wajah datar dia pergi begitu saja. Membuatku terkejut
lagi dan lagi. Sebenranya apa yang dipikirkan Arya ? kalau memang dia
menyayangiku bukankah seharusnya kita sudah pacaran sekarang ? Apa yang
membuatnya terus menunggu ? Aku benar-benar bingung dengan sikap Arya hari ini.
Berulang kali dia membuatku jatuh hati.
Sejak hari itu, dia selalu memanggilku. Mengajakku kemanapun
dia mau dan mengatakan apapun yang dia suka. Dia selalu membuatku tersenyum, dan
membuat jantungku berdetak kencang . Awalnya aku ragu dan selalu ragu. Apakah
aku benar-benar jatuh cinta pada Arya ? Apakah Arya juga benar-benar jatuh
cinta kepadaku ? Sesaat aku bingung dengan rasa yang menyesakkan ini. Tapi
akhirnya, aku mulai terbiasa dan meyakinkan diri “Ya, Aku mencintai Arya”.
***
Hingga di suatu sore, Arya menghampiriku yang sedang
menunggunya. Kami berencana untuk pergi ke toko buku sore ini.
“Mall !!”
“Heii kak, udah selesai ?”
“Udaah, yuk ! keburu sore” Arya menarik tanganku dengan erat.
Lagi lagi jantungku berdetak semakin kencang. Inilah yang membuatku semakin
menyukai Arya, sikap lembut dan perhatiannya yang selalu saja membuatku nyaman.
Tak hanya itu, Arya juga memasangkan helm di kepalaku. Menarik kedua tanganku
dan berkata,
“Pegangan Mall, aku mau ngebut!”.
Tanpa ragu aku memeluk pinggang Arya dengan sangat erat. Aku
benar-benar senang. Dan aku berharap, Arya juga merasakan apa yang sedang ku
rasakan. Saat ini, ingin sekali aku berbisik ditelinganya, mengatakan aku
menyukainya. Tapi pikiran itu segera aku kubur dalam-dalam. Aku takut, perasaan
ini hanya miliku saja dan akhirnya perasaanku malah mengganggunya.
Kita sampai di toko buku. Dan setelah selesai membeli buku,
Aku merasa ada yang aneh dari sikap Arya. Wajahnya murung, dan dia terus
melihat hpnya.
“Kak, kenapa sih ? Ko jadi aneh.” Aku mulai menanyakan rasa
penasaranku.
“Aneh ? Emang keliatan ya Mall?”
“Yaiyalah kak, keliatan banget. Ada masalah cerita kek, siapa
tau bisa aku bantuin”
“Yakin mau denger ?”
“Ya kalo kakak ngomong pasti aku dengerinlah”
“Hmm, cewe aku tiba-tiba ngajak putus Mall!”
JLEB! JLEB! JLEB!
Bego !! Arya punya cewe ? Jadi selama ini Arya udah punya
cewe ?
Aku terpaku beberapa saat. Dadaku sesak. Mataku memanas.
Pipiku memerah. Kaki dan tanganku lemas. Aku menarik nafas yang sangat panjang,
lalu berkata,
“Kak Arya punya pacar?”
“Iyaa Mall, bulan depan kita anniv setaun. Aku belom cerita
ya ?”
“Ooh, kak Arya punya pacar?”
“Gitu deh Mall, aku sayang banget sama dia tapi emang
beberapa minggu ini kita lagi berantem terus. Eh, tiba-tiba barusan dia minta
putus. Menurut kamu gimana Mall, biar dia ga marah lagi sama aku ?”
“Ooh, jadi kak Arya punya pacar?”
“lya mall, iyaa. Ko jadi kamu yang aneh sih ?”
“hehe.. ya aku sedikit kaget aja. Ga kepikiran.” haha aku
tersenyum kaku menahan sengatan tajam dari kalimat2 yang Arya keluarkan.
“Jadi gimana dong Mall ? Aku gamau putus sama dia”
“Kakak dateng aja ke rumahnya, bawa bunga sama makanan
kesukaan dia. Nanti juga dimaafin” saranku ngasal.
Dan ternyata, Arya malah ngajak aku nyari buket bunga sama
makanan kesukaan cewe itu. Entahlaah, rasanya aku pengen teriak maki-maki Arya.
“LO PUNYA CEWE NGAPAIN DEKETIN GUE ? BILANG SAYANG SAMA GUE ?
NGAJAK JALAN GUE ? NRAKTIR MAKAN GUE ? BIKIN GUE SAYANG SAMA LO ? INI YANG BEGO
LO APA GUE?”
Selesai. Sore itu ditutup dengan senyuman Arya sambil
melambaikan tangannya di depan rumahku. Aku tak membalasnya, rasanya sudah
sangat memuakan. Aku langsung mengunci diri di kamar, dan menangis tentunya.
Sedang Arya ? Entahlah. Mungkin dia sedang memberi kejutan pada pacarnya.
Seminggu setelah kejadian hari itu aku menjauhi Arya, chat
dan telponnya tak lagi aku ladeni. Dan aku juga tak lagi menunggunya di lorong
sekolah. Setiap berpapasan dengannya, aku selalu menghindar. Aku tak tau, apa
aku membencinya ? Tidak. Tentu tidak. Aku masih sangat mencintainya. Tapi aku
bisa apa ? Di hari itu, tengah malam Arya Mengirimku beberapa pesan. Isinya
ungkapan terimakasih karena saranku membuat mereka tak jadi putus.
Waah .. aku memang ahlinya untuk mengobati luka orang lain.
Sedang luka ku ? seperti angin. Hanya terasa, tak pernah terlihat.
“Mall..” “Maall” “Malla”
“maallaaaa”
Arya terus memanggilku, menelponku, mengirimku pesan, dia
bahkan datang ke rumahku. Tapi aku selalu menolak menemuinya. Sikapku mungkin
membuatnya bingung. Tapi aku juga tak pernah bisa menjelaskan apapun pada Arya.
Bagaimana bisa aku mengakui perasaanku padanya dan memberitahunya bahwa aku
sangat terluka ? Aku hanya merasa bodoh. Selama ini begitu bahagia atas
perlakuan Arya. Aku tau aku sangat tidak dewasa. Tapi ini satu-satunya cara
yang aku bisa, agar aku baik-baik saja. dengan menjauhinya.
***
“JAM 4 SORE DI TAMAN DEKET RUMAH KAMU” –ARYA-
Pagi itu aku dikagetkan dengan sepucuk kertas berisi pesan
dari Arya yang tergeletak diatas mejaku. Tak ketinggalan setangkai mawar putih
dan lolipop besar bertumpuk diatasnya. Aku rasa aku harus datang. Aku juga
harus menjelaskan pada Arya apa yang kurasakan. Aku tak tau bagaimana akhir
dari cerita kita, tapi aku yakin saat kita bertemu nanti, sesuatu yang baik
akan terjadi. Aku terus melirik jam tanganku hari itu. Rasanya waktu
benar-benar sangat lambat. Dan akhirnya, bel pulang pun berdering. Aku bergegas
pulang bersiap-siap menemui Arya. Dan seperti biasa, Arya masih menungguku di
lorong sore itu. Tapi sekali lagi aku mengabaikannya. Biarlah, toh nanti sore
semua akan jelas untuk kami berdua.
Sore itu Arya datang lebih dulu. Dia duduk menungguku di
kursi taman. Dengan langkah pelan aku menghampiri Arya dan duduk di sampingnya.
Beberapa menit pertama kami hanya diam. Suasana sore itu sangat sepi.
“Mall..” Akhirnya Arya mengucapkan sepatah kata. Kata yang
sudah lama ku abaikan, saat dia memanggilku, Mall.
“Iya, kak” aku tertunduk lesu menjawab sapanya.
“Maafin aku”
Mendengar kalimat itu mataku memerah. Rasanya aku ingin menangis
lagi. Dia merasa dia salah dan aku penasaran, apa yang dia pikir menjadi
kesalahannya.
“Salah kakak apa ?”
“Banyak. Salah aku terlalu banyak sama kamu. Harusnya dari
awal aku ga ngedeketin kamu. Harusnya dari awal aku bilang kalo aku udah punya
cewe. Harusnya aku ga ngasih kamu bunga. Harusnya aku ga bilang aku sayang sama
kamu”
Kalimat itu bertubi-tubi keluar dari mulut Arya dengan
mulusnya. Aku hanya diam, dan perlahan air mataku mulai menetes.
“Mall, aku buta sesaat. Dari awal ngeliat kamu aku emang udah
tertarik sama kamu, aku mulai nyari tau tentang kamu dan aku mulai suka sama
kamu. Dan aku juga sadar seiring waktu kamu mulai suka juga sama aku. Tapi aku
gabisa ngelepasin pacar aku. Dan hal itu yang bikin aku jadi serakah. Aku tau
aku egois, aku tau kamu marah sama aku, tapi jangan benci aku Mall, maafin aku”
Kalimat itu juga tak cukup menjadi penjelasan, Arya
benar-benar keterlaluan. Jadi selama ini dia tau aku menyukainya. Dan dia juga
menyukaiku.
“Terus apa yang salah ? Sekarang udah jelas kan, kakak suka sama
aku dan kakak juga tau aku suka sama kakak. Tapi kenapa kita ga bisa sama-sama
?” aku berdiri membelakangi Arya. Dan Arya hanya terdiam.
“Kak, bukan Cuma kakak yang egois, aku juga. Bahkan setelah
tau kakak punya pacar, aku masih tetep sayang sama kakak.”
“Maafin aku, Mall. Tapi aku tetep gabisa” tiba-tiba Arya
memelukku.
Pelukan itu membuatku ingin menangis semakin kencang.
“Pliss ngerti, aku sayang sama kamu, Kak. Jangan tinggalin
aku.” Aku benar benar merasa tak baik baik saja, air mata yang berlinang tak
lagi setetes atau dua tetes . Kali ini sudah terlalu banyak, aku menangis
dipelukan Arya . laki laki egois yang sangat aku cintai .
“Ga segampang itu, aku juga sayang sama kamu, Malla. Tapi
hati aku cinta sama dia . Aku gamau terus terusan nyakitin kamu ..” Pelukan itu
semakin erat, dan aku tersesat . Aku menatap matanya, mata indah yang hanya
memancarkan bayangan yang tak asing.
“Kakak bener-bener egois.” Aku melepaskan pelukan itu.
“Kalo dari awal aku tau kak Arya udah punya pacar, mungkin
perasaan aku gaakan sejauh ini. Tapi aku bisa apa ? aku juga gabisa maksa kakak
buat pilih aku. Dan aku juga gabisa kalo dijadiin yang kedua. Sepenuhnya aku
sadar kalo aku cuma pendatang yang bikin hati kakak goyah. Aku sangat sadar aku
gaakan bisa ngelebihin posisi pacar kakak. Aku hargain keputusan kakak, makasih
udah mau jujur. Dan makasih juga, karena setidaknya kakak udah pernah bilang
sayang sama aku.” Mendengar perkataanku Arya hanya terdiam, entah apa yang dia
pikirkan dalam diamnya.
“Jangan panggil namaku lagi kak, jangan tunggu aku di lorong
itu lagi. Aku sudah sangat merasa cukup atas apa yang udah kakak lakuin selama
ini.” Aku mundur lalu berbalik meninggalkan Arya.
Terdengar suara lirih Arya menyebut namaku senja itu,
“Maafin aku Mall..”
Senja menutup hari yang panjang. Ufuk barat memancarkan
cahaya jingga yang merekah diselimuti awan-awan. Aku melangkah menjauhi Arya.
Cerita yang dimulai senja, berakhir di senja lainnya. Ya.. Keputusan Arya
mengakhiri cerita kami, cerita yang bahkan belum sempat dimulai dengan benar.
Tapi tidak apa-apa, aku yakin pada akhirnya aku akan baik-baik saja. Petang
memang akan berganti malam, dan saat pulang jalanku memang gelap. Hari mulai
malam. Tapi bukankan selalu ada hari esok ? Yang harus aku lalui hanya beberapa
jam dalam gelapnya malam.
Sesampainya di rumah aku membersihkan diri, berhenti menangis
dan mulai tertidur. Malam yang gelap ini akan ku isi dengan mimpi, yang indah.
Dan esok, saat mentari kembali bersinar, cahaya akan datang. Membawa embun dan
hembusan angin yang menyegarkan. Membangunkanku, untuk mewujudkan mimpi yang
baru. Kita tak pernah tau kapan kita sakit dan terluka. Tapi yakinilah..
seperti gelapnya malam, sakit karena luka itu akan hilang dalam beberapa jam.
SEKIAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar