KESAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH FILSAFAT DAN SEJARAH
MATEMATIKA SELAMA 4 PERTEMUAN
JURNAL
Dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Filsafat dan Sejarah Matematika
Oleh,
Lilis Ratna Sari
162151063
2016A
PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2016
Jurnal 1
Filsafat dan Sejarah Matematika,
mendengar namanya saja saya sudah berpikir tentang keharusan untuk mempelajari
filsafat dan sejarah dari semua materi yang berhubungan dengan matematika. Wow
!! Saya pikir mata kuliah ini bukanlah mata kuliah biasa. Filsafat dan Sejarah
Matematika sepertinya akan menjadi salah satu mata kuliah dengan tingkat
kesulitan yang cukup tinggi. Dari kata Filsafat dan Sejarah, saya mulai menerka-nerka
tentang apa saja yang akan saya pelajari nanti dan bagaimana cara saya belajar
nanti agar mengerti dengan mata kuliah ini.
Pertemuan pertama pun dimulai. Hari itu
adalah Rabu, 24 Agustus 2016. Kaget. Kesan pertama yang saya rasakan ketika
melihat segerombolan bapak-bapak memasuki ruangan siang itu. Bagaimana tidak ?
3 orang bapak-bapak tiba-tiba muncul dan memperkenalkan dirinya masing-masing.
Ooh ternyata, mereka adalah pak Dedi Nurjamil, pak Dedi Muhtadi dan pak Eko
Yulianto. Mereka bertiga mengaku sebagai kolega yang akan membimbing kami, para
MABA dalam mata kuliah Filsafat dan Sejarah Matematika juga mata kuliah Teori
Bilangan selama satu semester kedepan.
Awalnya saya sempat bingung, bagaimana
mungkin kami belajar dengan 3 dosen sekaligus ? Namun pada akhirnya saya
mengerti, pak Dedi Nurjamil-lah dosen inti di kedua mata kuliah tersebut.
Sedangkan pak Dedi Muhtadi dan Pak Eko hanya membantu dengan niat tulus untuk
membimbing kami. Pertemuan pertama diisi dengan perkenalan umum dan suguhan pembuka
yang luar biasa dari pak Eko. Saya masih ingat bagaimana cara dia memukau para
MABA di kelas itu dengan jawaban 13 nya untuk soal 28 : 7. Saya yang hanya
duduk diam kala itu tidak banyak berkomentar. Padahal, otak saya diam-diam
mencerna dan menyanggah pemikiran “sesat” pak Eko saat itu.
Tapi inilah kelemahan saya. Saya masih
kesulitan untuk tampil memberanikan diri menyampaikan pendapat atau pun gagasan
yang saya miliki. Hingga akhirnya, gagasan itu dilontarkan dengan mulusnya oleh
pak Dedi Nurjamil. Beliau menyanggah jawaban pak Eko menggunakan cara yang sama
dengan apa yang ada di pikiran saya. Saya masih jelas mengingatnya, saat pak
Eko mengatakan “jadi, 28 dibagi 4 itu
hasilnya 13. Lho, apanya yang salah ? Coba, salah saya dimana ? Perlu saya buktikan
? Tinggal kita tambah-tambahkan saja”, katanya.
Kemudian dengan cepat beliau menulis
pembuktian sesatnya itu di papan tulis, dengan menjejerkan angka 13 lalu
menjumlahkannya. Dan benar saja, caranya menghitung membuktikan bahwa
penjumlahan 13 sebanyak 7 kali itu adalah 28. Namun tiba-tiba, dengan sigapnya
pak Dedi Nurjamil menyelipkan operasi tambah (+) diantara angka 1 dan 3. Maka
jadilah, angka 13 itu menjadi 4. Yang artinya kembali kepada jalan yang benar
dimana 4 dikali 7 adalah 28. Hal itulah yang ingin saya ungkapkan. Ketika ada
angka 1 dan 3 yang berdampingan menjadi 13, maka ketika ditengahnya diselipkan
operasi tambah (+), seketika 13 menjadi 4.
Menarik, bagaimana cara pak Eko
memaparkan teori sesatnya siang itu. Namun yang tak kalah menarik pada
pertemuan pertama di kelas Filsafat dan Sejarah Matematika adalah sebuah
kutipan yang disampaikan oleh pak Dedi Muhtadi. Beliau menyampaikan beberapa
kalimat yang benar-benar menempel diingatan saya hingga detik ini. Kalimat itu
ialah “Hidup ini adalah masalah. Tetapi
jangan dijadikan masalah ataupun dipermasalahkan. Lakukan saja apa yang bisa
kamu lakukan. Itu pun jika kamu mau melakukannya, dst”, mendengar kalimat
itu saya langsung berpikir untuk melakukan segala sesuatu sesuai kemampuan
saya.
Tidak perlu memaksakan asal mau mencoba.
Itu, dalam pikiran saya sebelum pak Dedi Muhtadi menambahkan kalimat “Namun, dalam mengikuti mata kuliah ini, mau
tidak mau kalian harus melakukan sesuatu yang mungkin tidak ingin kalian
lakukan”. Dan saat mendengar kalimat itu, seketika pikiran saya buyar.
Jleeb ! Hati saya seakan dikhianati oleh kalimat itu. Kalimat itu artinya apa ?
Artinya, tetap saja hidup ini adalah masalah yang harus dihadapi dengan
melakukan apapun untuk memecahkan masalahnya. Kita tidak bisa begitu saja hanya
melakukan apa yang bisa kita lakukan pun jika kita mau melakukannya. Tidak
bisa. Dalam hidup ini kita selalu dituntut untuk melakukan apapun agar masalah
yang kita hadapi dapat terselesaikan.
Itulah yang saya dapat di pertemuan
pertama. Pertemuan kedua, 31 Agustus 2016. Pak Dedi Muhtadi datang sendiri hari
itu. Jujur saja saya merasa lebih nyaman. Karena sebenarnya dibimbing oleh
banyak dosen untuk satu mata kuliah itu menurut saya terlalu berlebihan. Saya
menjadi tidak fokus dan bingung harus mendengarkan kata-kata siapa. Siang itu
pak Dedi Muhtadi datang dengan laptopnya dan memaparkan beberapa materi
pengantar tentang Filsafat dan Sejarah Matematika. Beliau menerangkan dengan
cirinya yang khas menggunakan 2 kata “kan
gitu?” tentang apa itu filsafat. Beliau juga menyampaikan bahwa selama
pembelajaran Filsafat dan Sejarah Matematika ini, kami harus memiliki sebuah
karya berupa makalah yang disusun secara berkelompok.
Makalah tersebut berisi tentang filsafat
dan sejarah dari salah satu materi yang berhubungan dengan matematika. Untuk
pemilihan judul, pak Dedi Muhtadi memberikan kebebasan kepada kami asalkan
materi tersebut dapat benar-benar kami kuasai. Sangat mudah dan sederhana pada
awalnya, kami hanya perlu menyusun sebuah makalah tentang satu materi yang kami
sukai dan isi makalah tersebut hanya perlu memenuhi aspek ontologi, epitemologi
dan aksiologi dari materinya. Namun, seiring berjalannya waktu, ternyata tugas
ini tidak begitu saja dapat diselesaikan.
Tanpa terasa kita sudah sampai di
pertemuan ketiga. Rabu, 7 September 2016. Jujur saja tidak ada kesan mendalam
pada pertemuan kali ini. Pak Dedi Muhtadi hanya kembali mengingatkan kami untuk
segera melakukan bimbingan mengenai materi apa yang akan kami pelajari hingga
pada waktunya nanti, kami dapat mempresentasikan hasil makalah kami dengan baik.
Seperti biasa pak Dedi Muhtadi menyampaikan kalimat-kalimat motivasi siang itu.
Dan saya menyadari bahwa kelompok saya masih belum melakukan bimbingan tentang
tugas makalah tersebut. Tidak terasa 100 menit berlalu, pak dedi Muhtadi pun
menutup pertemuan ketiga siang itu.
Dan tibalah kami di pertemuan keempat.
Rabu, 14 September 2016. Pak Dedi Muhtadi memberikan tugas untuk membuat sebuah
jurnal harian yang berisi argumen,catatan, dan harapan mengenai pembelajaran
Filsafat dan Sejarah Matematika sesuai dengan apa yang kami rasakan. Pak Dedi
Muhtadi tidak masuk hari itu dan pak Dedi Nurjamil datang menggantikannya.
Jujur, inilah saat yang saya tunggu-tunggu. Mendengar dosen inti langsung yang
menyampaikan materi. Siang itu semangat belajar saya sangat tinggi ketika pak
Dedi Nurjamil menjelaskan mengenai sejarah bilangan dari bangsa Yunani, Mesir
dan Babilonia. Pusing. Itulah yang saya rasakan melihat bentuk-bentuk bilangan
yang tak biasa digunakan. Tapi apa boleh buat ? Semenjak masuk di perkuliahan
ini, saya memang dituntut untuk mengerti dan membiasakan diri dengan hal-hal
yang tidak biasa.
Pertemuan keempat pun berakhir. Dan
tugas jurnal dari pak Dedi Muhtadi tidak disinggung sama sekali. Kami sempat
berpikir bahwa tugas ini tidak perlu dikerjakan karena kelas Filsafat dan
Sejarah Matematika minggu ke 4 diisi oleh pak Dedi Nurjamil. Namun anggapan itu
terbantahkan pada pertemuan kelima. Hari itu, Rabu 21 September 2016. Pak Dedi
Muhtadi kembali masuk dan membahas soal pengerjaan makalah. Saya benar-benar
menyadari bahwa sudah terlalu banyak waktu yang terbuang sia-sia. Kurang dari
sebulan lagi menjelang UTS dan jujur saja kelompok saya masih belum memiliki
judul yang pasti.
Seiring berjalannya waktu, 100 menit pun
berlalu. Dan tanpa diduga, diujung pertemuan kelima pak Dedi Muhtadi tiba-tiba
menanyakan tentang tugas jurnal ini kepada kami. Beliau dengan ringan berkata “minggu depan dikumpulkan, siap ya ?”,
serentak kami menjawab “SIAP !!”.
Siap. Kami harus siap dengan apapun yang harus kami lakukan demi memenuhi semua
tugas dalam perkuliahan ini. Jujur saja awalnya saya sangat bingung bagaimana
cara membuat jurnal untuk memenuhi tugas ini. Namun setelah saya coba, ternyata
tidak sesulit yang saya bayangkan. Yang saya lakukan hanya bercerita tentang
pengalaman belajar dikelas Filsafat dan Sejarah Matematika selama 5 pertemuan.
Dan alhamdulillah, jurnal pertama saya
sudah hampir selesai. Sesuai dengan tugasnya, jurnal ini harus berisi argumen,
catatan dan harapan saya mengenai pembelajaran Filsafat dan Sejarah Matematika.
Diatas sudah saya paparkan argumen dan sedikit catatan ilmu yang saya dapat
dalam mata kuliah ini. Adapun harapan saya untuk kedepannya, semoga dengan
adanya mata kuliah Filsafat dan Sejarah Matematika ini saya dapat lebih
memaknai arti setiap materi yang akan saya ajarkan nanti pada anak didik saya.
Agar saya mengajar tidak hanya sekedar mengajarkan. Tetapi juga membantu
peserta didik untuk memahami tentang apa yang sedang mereka pelajari.
Saya tau ini tidak akan mudah, karena
tentu diperlukan waktu yang lama untuk memahami sesuatu hal secara mendalam.
Namun seiring berjalannya waktu, dengan bantuan dari para dosen hebat yang
membimbing saya, saya yakin suatu hari dapat mencapai pemahaman tersebut.
Mungkin hanya ini yang bisa saya tuangkan dalam jurnal pertama saya. Saya
menyadari bahwa jurnal ini sangat berantakan dan tidak bernilai tinggi. Tapi
pak, ketahuilah. Saya mengerjakan jurnal pertama saya dengan sungguh-sungguh
dan berusaha merangkai kata dengan sebaik mungkin. Adapun untuk setiap
kesalahan dalam jurnal ini saya harap bapak dapat memaklumi. Semoga bapak tidak
menyesal telah membaca jurnal saya. Terimakasih pak, kita bertemu di jurnal
selanjutnya (semoga tidak). Hehe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar